Ditunjuk jadi Ketua Bidang Ekonomi, Said Abdullah Siap Jalankan Trisakti Soekarno


 Politikus senior PDI Perjuangan Said Abdullah ditunjuk menjadi Ketua DPP Bidang Ekonomi oleh Megawati Soekarnoputri dalam Kongres V kemarin. Dia menegaskan komitmennya untuk membumikan prinsip Trisaksti yang diajarkan Bung Karno untuk generasi masa kini.
"Prinsip Trisakti sangat relevan untuk terus dipahami dan diwujudnyatakan oleh generasi milenial dalam menghadapi tantangan yang ada," kata Said dalam keterangan tertulisnya seperti dikutip Antara, Senin (12/8).
"Sebagai kader yang loyal, saya siap menjalankan semua tugas perutusan yang diamanahkan partai maupun Ketua Umum PDI Perjuangan. Saya akan menjaga marwah partai serta selalu bekerja dalam koridor yang sudah digariskan partai," sambung Said.
Untuk itu, Said yang juga anggota DPR RI tiga periode ini siap mengimplementasikan konsepsi ekonomi Soekarno. Hal ini didorong oleh semangat nasionalisme dengan tujuan menyejahterakan rakyat serta mewujudkan kemakmuran dan keadilan dengan jiwa gotong-royong.
"Program kami ke depan, bagaimana menguatkan basis perekonomian masyarakat. Karena itu, kami konsisten menerapkan prinsip Trisakti Bung Karno sebagai pijakan strategis operasional," paparnya.
Konsepsi ekonomi Soekarno merupakan sistem ekonomi yang terintegrasi dengan pembangunan dengan konsep berdikari dan Tri Sakti, yaitu berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Karena itu, membumikan konsep Tri Sakti ini akan menjadi program kerjanya selama lima tahun mendatang.
"Politik ekonomi PDI Perjuangan itu pro-wong cilik (rakyat kecil). Intinya, bagaimana memberdayakan ekonomi para bakul-bakul di pasar tradisional (pedagang kecil), kaum marjinal, pemilik warung, para petani dan pelaku industri kerajinan” katanya.
Keunggulan konsepsi ekonomi Bung Karno, kata Said, meletakkan rakyat sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi. Bahkan konsepsi ini menjadi pedoman bagi PDI Perjuangan dalam mendesain kebijakan ekonomi yang pro-wong cilik.
"Konsepsi ekonomi Soekarno adalah sistem ekonomi yang menumbuhkan kesejahteraan rakyat dan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi rakyat berdasarkan Pancasila," katanya.
Untuk itu, tegas Said, program pembangunan haruslah dirancang dengan melibatkan partisipasi rakyat. Artinya, pembangunan harus berorientasi pada kepentingan dan kemakmuran rakyat.
"Jadi, semua program yang saya buat nanti semuanya bermuara bagaimana ekonomi wong cilik ini terdongkrak naik selaras dengan cita-cita kemakmuran rakyat," katanya.
Selain itu, program lainnya adalah memperkuat peran serta kedudukan ekonomi negara. Hal ini sejalan dengan prinsip pasal 33 UUD 1945. Hal itu penting guna memastikan bahwa perekonomian berjalan sesuai rencana.
"Sektor ekonomi strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Dan hasilnya harus dinikmati sebesar-besarnya oleh rakyat," tutup dia.
Share:

Sri Mulyani Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2019 Hanya Tumbuh 5,08 Persen


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2019 akan berada level 5,08 persen. Angka tersebut jauh di bawah target APBN sebesar 5,3 persen yang dikoreksi kembali pada Juli.
"Total 2019 dibulatkan satu digit 5,1 persen atau 5,08 persen itu adalah forecasting berarti outlook 5,2 persen masih kami taruh di sana tapi internal kita lihat di 5,08 persen," kata dia, di ruang rapat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (29/8).
Dia menjelaskan, hal tersebut karena faktor-faktor pendorong ekonomi pada semester II-2019 diperkirakan akan melambat jauh dibanding realisasi yang terjadi pada semester I-2019.
Dari sisi konsumsi, pada semester II-2019 diperkirakan hanya berada di kisaran di bawah lima persen yakni 4,97 persen. Angka tersebut lebih rendah dari kinerja konsumsi masyarakat pada semester I-2019 yang mencapai kisaran 5,3 persen.
"Kami harap masih ada akselerasi dari belanja pemerintah untuk belanja modal di beberapa kementerian lambat bahkan baru 34 persen. Belanja barang dan pegawai mungkin enggak masalah, bansos bahkan sudah cukup besar di awal," ungkapnya.
Dari sisi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) diharapkannya masih bisa menopang pertumbuhan karena diperkirakan mencapai 5,2 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan realisasi investasi pada semester I-2019 yang sebesar 5,02 persen.
Sementara itu, realisasi ekspor masih akan masuk dalam zona negatif sebagaimana realisasi ekspor pada semester I-2019 yang turun agak dalam, yakni mencapai negatif 20,54 persen. Ini dikarenakan masih belum kondusifnya kondisi perdagangan global akibat semakin intensnya perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China.
Share:

Sri Mulyani Beberkan Upaya Kemenkeu Kembangkan Ekonomi Syariah


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terus berkomitmen untuk mendukung dan mengembangkan ekonomi syariah di lingkungan kementeriannya. Salah satunya adalah dengan mendorong instrumen surat berharga negara syariah (SBSN) yang sudah diterbitkan lama.
"Kita semuanya dari sisi Kementerian Keuangan selama ini kita lakukan berbagai macam program untuk dukung berkembangnya instrumen syariah dan ekonomi syariah. Seperti yang Anda sudah sering lihat, di dalam instrumen pembiayaan kita memiliki apa yang disebut sukuk atau surat berharga syariah negara," kata dia saat ditemui di Jakarta, Jumat (23/8).
Tak hanya melalui instrumen pembiayaan, beberapa bentuk dukungan dilakukan pihaknya dalam mendorong pembiayaan syariah yakni melalui pembangunan infrastruktur pendidikan. Seperti yang dibangun di Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Islam Negeri (UIN) semua menggunakan instrumen syariah.
"Kita juga sudah menerbitkan apa yang disebut sukuk yang selama ini merupakan instrumen untuk membangun berbagai infrastruktur pendidikan. Hampir semuanya dibangun menggunakan instrumen syariah nasional," jelas dia.
Ke depan pihaknya akan lebih banyak lagi menggunakan instrumen-instrumen syariah sebagai sumber pembiayaan. Tentu saja hal ini dilakukan untuk mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia.
Sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa Indonesia masih cukup tertinggal sebagai negara ekonomi Islam terbaik di dunia. Bahkan, Indonesia belum mampu masuk 10 besar Global Islamic Economy Index.
Padahal kata Sri Mulyani, Indonesia merupakan pemain terbesar dalam sektor ekonomi Islam. Sayangnya, kelebihan tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong perekonomian negara. "Di dalam ekonomi islam, indeks dihitung berdasarkan indikator lain yakni industri berbasis syariah. Dalam sektor itu, kita harus akui Indonesia masih sangat tertinggal," ujarnya.
Share:

Industri ekonomi kreatif Indonesia didominasi wanita


Industri dan ekonomi kreatif di Indonesia saat ini didominasi oleh tenaga kerja perempuan. Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam laporan 'Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif', menyebut perempuan secara konsisten menjadi pemain utama industri kreatif sejak 2011 hingga 2016.
Persentase perempuan di sektor ini sebesar 53,86 persen. Angka yang cukup mencolok bila dibandingkan dengan komposisi industri pada umumnya, di mana pekerja perempuan hanya sekitar 37,16 persen dan laki-laki sebesar 62,84 persen. Pada 2016 perempuan yang bekerja di sektor ekonomi kreatif sebanyak 9,4 juta orang.
Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik, menyebutkan sayangnya saat ini tenaga kerja perempuan terpusat di 3 sektor industri kreatif saja yaitu Fesyen, Kuliner dan Kriya.
"Maksud saya gini, kenapa lebih dominan perempuan di 3 sektor ini karena 3 sektor ini sendiri kontribusinya itu total udah lebih dari 70 persen jadi otomatis memang yang dominan jumlah pekerjanya di sana kan," kata Ricky di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (29/10).
Meski terpusat pada 3 sektor tersebut, Ricky menjelaskan bukan berarti sektor lain tertutup dari tenaga kerja perempuan. "Bukan berarti sektor lain perempuannya tak dominan sih, kayak di periklanan tadi sangat dominan sebenarnya cuma kan jumlahnya lebih sedikit secara total," ujarnya.
Sensus Ekonomi 2016, juga menunjukkan perempuan Indonesia masih memimpin persentase kepemilikan usaha ekonomi kreatif. Pengusaha perempuan memiliki angka keterwakilan sebesar 54,96 persen, sementara laki-laki 45,04 persen.
Industri ekonomi kreatif juga membuka kesempatan bagi perempuan untuk memberdayakan diri, khususnya secara ekonomi. Salah satu kesempatan dan peluang cukup besar ada di industri film.
Tahun-tahun terakhir Indonesia memunculkan para pembuat film perempuan yang ambil bagian di industri ini. Perempuan berperan di semua lini di industri film, sebagai sutradara, script writer, produser, hingga teknik audio video.
Karya-karya para filmmaker perempuan mulai bisa dinikmati para pencita film Tanah Air. Sheila Timothy misalnya, hadir dengan film-film laris seperti Wiro Sableng, Banda, dan mengangkat tema ekonomi kreatif kuliner berjudul Tabularasa.
Meski demikian peran perempuan di industri film, animasi, dan video hanya 11,53 persen, sisanya masih ada di tangan laki-laki. Pun dengan desain komunikasi visual yang baru memberi tempat 7,95 persen untuk perempuan, dan pada indstri TV dan radio perempuan mengambil porsi 15,01 persen.
Dari 16 sub sektor ekonomi kreatif hanya ada dua yang dikuasai perempuan. Yaitu subsektor kuliner yang melibatkan perempuan dengan persentase 58,68 persen dan pada subsektor fesyen 54,25 persen. Pada 14 subsektor lainnya masih didominasi laki-laki.
Dalam kesempatan serupa, Head of Strategic Planning at FCB Jakarta, Imperia Oktabrinda, menekankan pentingnya industri periklanan di Indonesia mempromosikan partisipasi perempuan dalam industri kreatif, serta tingkat signifikansi peran perempuan dalam industri periklanan untuk mengubah stereotype.
"Ini karena industri periklanan kerap menggunakan perempuan sebagai objek dalam iklan, meskipun target marketnya laki-laki. Alasannya untuk menarik perhatian target pasar. Sebaliknya untuk produk dengan target market perempuan, perempuan tetap tampil dalam iklan, dan bukan laki-laki," ujarnya.
Ke depan, diharapkan perempuan makin berperan daam ekonomi kreatif yang kini menjadi salah satu poros utama dalam perekonomian Indonesia dan angkanya terus naik tiap tahun.
Pada 2017, sumbangan ekonomi kreatif mencapai Rp 990 triliun meningkat hampir sekitar Rp 96 triliun dibanding tahun sebelumnya. Serapan tenaga kerja ekonomi kreatif pada 2017 mencapai 17,4 persen, dan berkontribusi terhadap ekspor USD 22,1 miliar. Sektor ini menggerakkan lebih dari 19.245 pelaku usaha kreatif, yang tersebar di 68 daerah di Indonesia dan 18 kota di luar negeri.
Diharapkan 16 sub sektor ekonomi kreatif yang dibawahi Bekraf ini akan tumbuh 10 persen pada tahun-tahun berikutnya. Tahun ini ditargetkan sumbangan ekonomi kreatif menembus angka Rp 1.041 triliun dan mampu menyerap 18,2 persen tenaga kerja serta menyumbang nilai ekspor USD 23,7 miliar.
Pada 2019 sektor ini diharapkan berkontribusi hingga Rp 1.123 triliun dengan daya serap terhadap tenaga kerja 19 persen dan memiliki nilai ekspor lebih dari USD 25 miliar.
Share:

Optimisme Perang Dagang, Rupiah Terangkat ke Rp14.150


Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah tercatat di posisi Rp14.150 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Kamis (26/9) pagi. Posisi ini menguat tipis 0,01 persen dibanding penutupan pada Rabu (25/9), yakni Rp14.152 per dolar AS.

Pagi hari ini, mayoritas mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,02 persen, baht Thailand menguat 0,03 persen, yen Jepang sebesar 0,05 persen, dan peso Filipina menguat 0,06 persen.

Kemudian, terdapat mata uang yang melemah terhadap dolar AS seperti won Korea Selatan sebesar 0,07 persen dan ringgit Malaysia sebesar 0,12 persen. Di sisi lain, dolar Singapura tidak bergerak terhadap dolar AS.

Mata uang negara maju, seperti dolar Australia, poundsterling Inggris, dan euro masing-masing menguat 0,01 persen, 0,09 persen, dan 0,1 persen terhadap dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa rupiah sebelumnya terombang-ambing lantaran negosiasi perang dagang yang tidak jelas.

Ini setelah delegasi China membatalkan kunjungannya ke unit usaha pertanian AS di Montana pada akhir pekan lalu dan kemudian Presiden AS Donald Trump pun berkomentar mengenai praktik dagang China di hadapan sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Namun, tensi perang dagang kini mulai mereda setelah Trump mengatakan kepada reporter di New York pada Rabu (25/9 waktu setempat bahwa AS dan China memiliki percakapan yang menyenangkan dan kesepakatan dagang bisa tercapai lebih cepat dari yang dibayangkan.


Kemudian, dolar AS juga sempat melemah setelah DPR AS berencana memakzulkan Trump karena menganggap Trump sudah melanggar konstitusi. Trump sendiri dicurigai meminta bantuan Ukraina untuk mengalahkan saingannya, yakni mantan Wakil Presiden AS Joe Biden sebagai calon presiden dari Partai Demokrat pada pemilu tahun depan.

"Meski demikian, dalam transaksi hari ini, rupiah diprediksi masih melemah karena sentimen eksternal masih cukup kental dengan range Rp14.105 hingga Rp14.170 per dolar AS," kata Ibrahim.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190926084328-78-434139/optimisme-perang-dagang-rupiah-terangkat-ke-rp14150
Share:

Demi Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Berikut Transformasi Perlu Dilakukan RI


 Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Salah satu sektor yang membutuhkan transformasi adalah sektor pertanian.
"Bangun industri dan jasa modern supaya penduduk di pedesaan pindah ke sektor modern. Karena modern bisa menambah value," ujar Menko Darmin di dalam Seminar Nasional Transformasi Ekonomi untuk Indonesia Maju di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8).
Menko Darmin melanjutkan, transformasi pertanian juga perlu dilakukan agar lebih efisien. Masyarakat pedesaan yang bergelut dalam dunia pertanian perlu diarahkan agar menggarap pertanian secara bersama atau cluster dengan lahan yang ada.
"Kami melihat mungkin tidak perlu pindah sektor. Tak perlu pindah dari desa, pertanian ke industri. Bukan sektornya yang ditransformasi. Dia tetap bertani, tapi tak secara sendiri sendiri. Bersebelahan pun dia bisa disini ciherang, sebelahnya lain lagi," jelasnya.
"Barangkali dengan manajemen cluster, ini memerlukan gerakan sosial. Manajemen cluster benih sama budidaya baik. Pasca panen yang bisa diambil penduduk. Itu akan membuat transformasi juga lebih baik, tadinya menanam singkong sekarang buah yang hasilnya lebih baik," sambungnya.
Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, Indonesia juga harus melakukan transformasi dalam memanfaatkan infrastruktur. Ke depan, pembangunan tak lagi menjadi fokus utama tetapi lebih kepada pemanfaatan infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian termasuk menciptakan barang murah dan perekonomian yang merata.
"Optimalisasi bukan pembangunannya tapi pemanfaatkan Infrastruktur. Artinya, pembangunan infrastruktur perlu didorong melahirkan sistem logistik yang lebih maju, kereta api, laut, angkutan udara. Kalau itu bisa kita dorong, lebih murah, kita pasti bisa mewujudkan pemanfaatan (pertumbuhan ekonomi) yang optimum dari yang sudah kita bangun," tandasnya.
Share:

Lewat Festival Ekonomi Syariah 2019, BI Bidik Potensi Kerjasama Rp1,4 Triliun


Bank Indonesia (BI) membuka Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2019. Dalam festival bertema Bergerak Bersama Ekonomi Syariah ini, bank sentral membidik potensi kerjasama sebesar Rp1,46 triliun.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengungkapkan, ini merupakan FESyar KTI yang ketiga kalinya, setelah sebelumnya sempat diadakan di Makassar pada 2017 dan Balikpapan pada 2018.
"Sebelum diselenggarakannya FESyar di Banjarmasin ini, Bank Indonesia telah melakukan rangkaian kegiatan di wilayah KTI lainnya. Pergelaran FESyar KTI 2019 akan berlangsung selama 3 hari, dari 12 September hingga 14 September 2019," tuturnya di Mercure Hotel, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (12/9).
Dia berharap, agar event kali ini dapat dimanfaatkan para UMKM maupun pelaku industri halal atau yang menerapkan prinsip syariah untuk terus berkembang. "Dengan adanya business matching pada forum bisnis syariah ini diharapkan dapat mempertemukan antara supplier dan produsen, produsen dan distributor, produsen dan konsumen, maupun inventor dan investor pada industri halal nasional," sambungnya.
Dia menyampaikan, berdasarkan data terakhir yang didapat Bank Indonesia, terdapat potensi kerjasama senilai Rp1,46 triliun berdasarkan business matching dari seluruh KPw BI pada festival kali ini. Angka ini meningkat besar dibanding FESyar KTI tahun sebelumnya, yakni senilai Rp676 miliar.
"Mudah-mudahan potensi tersebut dapat terwujud dan berkontribusi positif terhadap pengembangan halal value chain nasional," ujar Rosmaya.
Untuk potensi perkembangan ekonomi dan keuangan syariah, BI terus berkoordinasi dengan berbagai instansi lain untuk memperluas praktiknya hingga ke pelosok Tanah Air.
"Tentunya BI tidak akan sendirian dalam mengembangkan potensi ekonomi dan keuangan syariah. BI akan bersinergi dan berkoordinasi dengan instansi lainnya di level pusat maupun daerah, sehingga pelaksanaan kebijakan yang telah dirumuskan dapat terlaksana dengan baik dan mencapai sasaran yang ditujukan," tuturnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Share:

Jadi Negara Besar di 2045, Ekonomi RI Harus Tumbuh Stabil 6,9 Persen


Perlambatan ekonomi global menjadi isu yang tengah diwaspadai negara-negara besar di dunia, termasuk di dalamnya negara berkembang seperti Indonesia.
Di tengah tren perlambatan global, Indonesia sudah diprediksi akan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar pada tahun 2045. Namun, untuk merealisasikan itu, perekonomian Indonesia harus tumbuh stabil di kisaran 6,9 persen.
Pengamat Ekonomi dan Keuangan Anton Gunawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9 persen masih cukup menantang. Sebab, tugas domestik seperti defisit transaksi berjalan masih perlu dibenahi pemerintah.
"Bisa tumbuh 5 persen itu cukup bagus, cuma 2045 forecast atau asumsinya harus 6,9 persen cukup tinggi, berat. Saat ini kita menghadapi tekanan current account deficit (CAD)," tuturnya di Jakarta, Kamis (12/9).
"Ekspor-impor barang dan jasa yang terus-menerus defisit ini sebenarnya relatif wajar terhadap negara yang tengah berkembang. Tetapi investasi ini kunci untuk mengatasi defisit termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi," lanjut dia.
Anton menjelaskan, pemerintah selama ini hanya berfokus pada restriksi terutama dari sisi menurunkan impor. Padahal, sisi lain seperti saving dan investment tidak kalah pentingnya untuk mengerek produktivitas dan mengatasi CAD.
"Investasi kelihatannya besar tapi ICOR-nya kurang efisien. Bukan hanya dorong ekspor-turunkan impor. Tetapi kembali bagaimana involvement kita towards value chain ini penting kepada global. The thing is how we make investment more efisien," paparnya.
Reporter: Bawono Yadika Tulus
Share:

Genjot Ekonomi, Pemerintah Baru Diimbau Tingkatkan Ekspor dan Investasi


Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengatakan selama ini pertumbuhan ekonomi nasional masih bertumpu pada konsumsi, baik konsumsi rumah tangga (RT) maupun konsumsi pemerintah.
"Sejak 1990-an, struktur perekonomian masih di konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, konsumsi pemerintah juga belum optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap perekonomian terbatas di kisaran 9 persen dan ini tidak bisa tumbuh lebih tinggi lagi," katanya dalam Media Gathering KEIN di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (27/5).
Berdasarkan kondisi tersebut, sudah saatnya pemerintah mulai bergeser mengandalkan ekspor dan investasi untuk menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Hal ini juga sesuai dengan mandat Presiden Joko Widodo yang mengatakan kunci pertumbuhan ekonomi saat ini hanya ada dua, yakni kenaikan ekspor dan investasi.
Arif menyampaikan, selain mendorong peningkatan ekspor dan investasi, pemerintah juga harus memberi ruang yang lebih luas terhadap UMKM. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM, sebanyak 98,7 persen usaha di Indonesia merupakan usaha mikro, yang menyerap 89,17 persen tenaga kerja domestik serta berkontribusi sebanyak 36,82 persen terhadap PDB Indonesia.
Kendati demikian, perannya masih sangat kecil dalam kegiatan ekspor dan investasi sehingga masih memiliki potensi yang sangat besar.
Dari simulasi yang dilakukan oleh Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), jika 10 persen saja dari UMKM yang ada mengalami kenaikan kelas, hal tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tembus 7 persen, bahkan mencapai 9,3 persen (yoy).
"Pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen dapat terwujud apabila UMKM diberdayakan. Tentunya hal ini harus dilakukan melalui kebijakan dengan eksekusi yang baik di sektor terkait," ucap Arif.
Menurutnya, langkah yang harus diambil untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan mendorong program UMKM tumbuh dan naik kelas secara intensif untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Oleh karena itu, meningkatkan peran UMKM dalam aktivitas ekspor dan investasi, baik melalui insentif fiskal maupun moneter wajib dilakukan. Investasi juga dapat diarahkan kepada UMKM, terutama UMKM yang berorientasi ekspor.
"Transformasi UMKM ke arah ekspor menjadi wajib dan UMKM juga harus bergerak untuk memproduksi barang-barang substitusi impor, yang selama ini memberatkan neraca perdagangan nasional," tutup Arif.
Reporter: Ilyas Istianur Praditya
Share:

Ekspor Merosot Buat Pertumbuhan Ekonomi Rendah di Kuartal II-2019


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05 persen pada kuartal II-2019. Realisasi ini melambat bila dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 5,07 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari seluruh komponen penopang pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran, ekspor dan impor yang pertumbuhannya mengalami kontraksi.
Ekspor tercatat tumbuh negatif 1,81 persen (year on year/yoy) dengan kontribusinya 17,61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang secara nominal berjumlah Rp 3.963,5 triliun.
"Pertumbuhan ekspor yang mengalami kontraksi pada kuartal II-2019, jauh lebih dalam dibanding dengan kuartal II-2018 yang tahun lalu tumbuh 7,65 persen," ujarnya dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekspor barang mengalami kontraksi 2,06 persen di kuartal II-2019. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekspor barang migas yang turun 30,85 persen, sedangkan barang non migas masih tumbuh 2,17 persen.
Kendati demikian, ekspor jasa masih tercatat mengalami pertumbuhan 0,27 persen. Namun melambat jauh dibandingkan periode sama tahun lalu yang tumbuh 4,62 persen. "Penurunan nilai dan volume ekspor migas memang disertai dengan penurunan harga komoditas migas," ujarnya.
Sementara impor pertumbuhannya mengalami kontraksi 6,73 persen dengan kontribusinya terhadap PDB juga terkontraksi 18,53 persen. Utamanya pada komoditas mesin/peralatan listrik, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, gandum-ganduman, serta benda-benda dari besi dan baja.
Reporter: Bawono Yadika
Share:

Bos IMF Ingatkan Dampak Perang Dagang AS-China ke Ekonomi Dunia


Foto: Sylke Febrina Laucereno
Nusa Dua - International Monetary Fund (IMF) saat ini menilai ekonomi dunia masih tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengamini hal tersebut.

"Ya, ekonomi dunia saat ini tetap kuat. Kami memperkirakan pertumbuhan bisa stabil di angka 3,7% tahun ini dan tahun depan," kata Lagarde dalam konferensi pers di BICC, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018).

Dia menjelaskan, memang masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pertumbuhan ekonomi yang baik. Misalnya ketegangan perdagangan yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Menurut Lagarde jika ketegangan ini masih terus terjadi maka berpotensi mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia.

Dia menyarankan kepada negara yang bersitegang harus berupaya menurunkan ketegangan dan menjalankan kebijakan yang sesuai dengan sistem perdagangan global yang kuat dan adil.

Mantan Menteri Keuangan Prancis ini mengharapkan pemerintah negara tersebut bisa memperbaiki sistem dan kebijakan perdagangannya.
Dia menjelaskan ekonomi dunia mengalami koreksi dari perkiraan semula. Namun ini masih lebih aman dibandingkan dengan periode 2008 di mana dunia mengalami krisis keuangan. Saat ini utang publik dan swasta di dunia masih cukup aman.
"Jika ada sedikit saja perubahan arah, maka bisa menimbulkan arus modal keluar dan ketidakstabilan dari negara berkembang. Seperti yang terjadi saat ini," ujar dia.

Kepada negara berkembang yang rentan, Lagarde menyarankan untuk mengambil bauran kebijakan yang tepat, menggunakan semua instrumen yang ada. (kil/ara)

Share:

okowi Ibaratkan Ekonomi Dunia bak Game of Thrones, Apa Maksudnya?

Foto: Rachman Haryanto/detikcom

Presiden RI Joko Widodo hari ini menjadi pembicara kunci dalam plenary session pertemuan tahunan IMF-WB 2018 di Nusa Dua Hall, Bali. Dalam pidatonya dia mengibaratkan kondisi ekonomi global sama seperti film serial Game of Thrones. Lalu apa maksudnya?

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengaku sepakat dengan pidato yang disampaikan oleh Jokowi. Sebab apa yang terjadi belakangan ini adanya perseteruan antar negara yang berkaitan dengan perekonomian.

"Ya memang kelihatan semua dunia berlomba memacu ekonominya. Di satu sisi negara-negara besar yang maju targetnya pertumbuhan ekonominya tinggi, akhirnya dampaknya terlihat perang dagang antara negara besar," tuturnya kepada detikFinance, Jumat (12/10/2018).


Konflik perekonomian yang jelas terlihat adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kedua negara dengan kekuatan ekonomi besar itu saling menjatuhkan dengan mengenakan tarif bea masuk yang tinggi dari masing-masing negara

Tak hanya dengan China, AS juga sempat berseteru dengan Turki. AS mengenakan tarif bea masuk yang tinggi atas produk baja dan aluminium dari Turki.

Alasannya lantaran Turki enggan membebaskan Pendeta asal AS yang ditahan. Akhirnya mata uang Turki anjlok hingga 66%.

AS juga berseteru dengan Iran. Negara yang kini dipimpin oleh Donald Trump itu menjatuhkan sanksi pelarangan pembelian minyak dari Iran. Akhirnya harga minyak mentah melonjak drastis lantaran pasokan menurun.

Tensi perekonomian yang tinggi antar negara-negara itu mulai merembet ke negara lain termasuk negara berkembang. Banyak mata uang yang rontok termasuk rupiah. Harga minyak yang meroket juga menekan banyak ekonomi di negara lain.

David menjelaskan, kondisi ini memang mirip dengan film serial Game of Thrones. Dalam film itu diceritakan mengenai perseteruan antar Great Houses yang ingin ambil alih The Iron Throne atau menjadi penguasa sepenuhnya.


"Kalau lihat dari slogannya Trump Make America Great Again itu sebenarnya terlihat. Itu untuk melawan tujuan China yang ingin menjadi negara paling maju di bidang teknologi," tambahnya.

Padahal dalam cerita Game of Thrones ada yang menjadi musuh bersama yakni Evil Winter. David pun sepakat bahwa Dunia saat ini perlu diselamatkan dari ancaman-ancaman lingkungan seperti perubahan iklim.

"Jadi global warming, masalah polusi itu sekarang negara maju seolah tidak peduli lagi. AS sudah tidak ikutan lagi perjanjian terkait lingkungan. Emisi tidak ada yang kontrol. Padahal kalau kita bisa mengalihkan energi untuk itu dari pada berseteru kita bisa hidup di dunia yang lebih baik lagi," ujarnya.
Share:

Sri Mulyani: Ekonomi 2019 Masih Banyak Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati/Foto: Ari Saputra

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi dunia tahun 2019 masih diselimuti dengan ketidakpastian. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve menjadi dua hal yang paling jadi perhatian.

"Kita akan memasuki 2019 dengan banyak sense ketidakpastian. Di G-20 di Argentina kemarin mengatakan bahwa mereka merevisi outlook ekonomi global tahun depan. Karena seluruh risiko down side mulai terjadi," katanya di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Senin (17/12/2018).

Ada banyak dinamika ekonomi global dan ekonomi yang menjadi peringatan dari dua hal tersebut. Mulai dari sikap AS untuk melakukan resesi ekonomi yang bisa berujung dengan adanya resesi ekonomi dunia hingga kepastian kelanjutan perang dagang negara Adidaya tersebut dengan China.


"Banyak sekali warning-warning yang menjadi tanda-tanda bahwa the future is actually more bearish than in present," kata Mantan Managing Director World Bank itu.

Sementara dari dalam negeri, posisi Indonesia sebagai negara yang masih bergantung pada dinamika global juga harus tetap diwaspadai. Kebijakan suku bunga acuan hingga likuiditas perbankan yang mengetat jadi perhatian serius.


Sektor properti yang menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pun bisa tertekan dari hal ini.

"Suku bunga dan tightening liquidity akan mempengaruhi sektor properti di Indonesia dan mana saja," katanya.

Sumber : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4347199/sri-mulyani-ekonomi-2019-masih-banyak-ketidakpastian
Share:

Recent Posts